Comedy / Romance · March 27, 2016 0

Pertemuan

“Tirr, gue mau nanya suatu hal!, tentang perasaan” begitulah kalimat yang aku gunakan untuk memulai percakapan. tiba-tiba mengingat rasa yang sudah dituntaskan 5 tahun lalu (setidaknya begitulah yang aku pikirkan).

“Gimana menurut lu?” aku menambah pertanyaan. “Apanyaaa?” dahi Tirr berkerut menegaskan ketidak pahamannya. “Begini, lu dengerin cerita gue. ok? gue butuh pendapat lu nanti, tapi setelah semuanya gue ceritain” sambil menarik nafas dalam-dalam, aku memulai bercerita.

Juli 2016, di penghujung musim hujan, memasuki semester pertama di kelas 12. Masa-masa yang mebingungkan bagi alam, juga bagiku. Peralihan musim hujan menuju kemarau. Dalam kehidupan ini kita hanya akan melewati dua musim, untukku masa peralihan dari musim masa lalu ke musim masa depan. waktu itu umurku 16 tahun, masa remaja dipenuhi dengan berbagai macam mimpi dan cita-cita. Seperti kata orang-orang, masa SMA adalah masa yang paling indah dan tidak akan terlupakan, bagiku terdengar sangat klise dan terkesan biasa saja.

Minggu pertama, awal semester, mata pelajaran bahasa indonesia. Membosankan, begitulah yang aku rasakan hingga saat itu. “Anak-anak, hari ini kita ada tugas kelompok, ibu akan membagikan nama-nama anggota kelompok kalian” begitulah kira-kira ucapan dari guru. Aku sibuk dengan lamunan pagi, tentang cita-cita dan mimpi, tak menghiraukan. “Silahkan duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing” lanjut bu guru. Aku sambil bermalasan menghampiri anggota kelompok yang sudah berkumpul sesuai dengan nama yang tercantum di papan tulis.

Saat itu, tidak ada yang spesial, kecuali sebuah pertemuan, bukan fisik, tapi perasaan. “Winn, kamu sekelompok dengan kami kan, ayo gabung sini” sesosok suara memanggilku. Aku terdiam, menoleh kebelakang, lalu berjalan perlahan. Namanya Ann, senyumnya manis, matanya bulat menyejukkan.